Jumat, 20 Juli 2012

Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Taman Kanak-kanak


     Perkembangan sosial individual mengikuti suatu pola, yaitu urutan perilaku sosial yang teratur, di mana pola tersebut sama untuk setiap anak secara normal. Pada dasarnya semua anak menempuh tahapan sosialisasi. Kurangnya kesempatan anak untuk bergaul secara baik dengan orang lain dapat menghambat perkembangan sosialnya.

A.           KARAKTERISTIK DAN CIRI TINGKAH LAKU SOSIAL

Dalam perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
    1.          Periode Bayi
1 – 2 Bulan
Belum mampu membedakan objek dan benda
3 Bulan
·         Otot mata sudah kuat dan mampu melihat pada orang atau objek dan mengikuti.
·         Gerakan. Telinga sudah mampu membedakan suara. Mulai mampu membedakan objek dan orang, siap untuk belajar menjadi manusia sosial.
·         Senyum sosial (social smiles) bila orang yang dikenalnya datang dan menangis bila ditinggal.
4 Bulan
Memperlihatkan tingkah laku, memperhatikan bila ada orang yang bicara, membuat penyesuaian dengan tertawa padanya.
4 - 6 Bulan
Tersenyum dengan bayi lain
5 – 6 Bulan
Bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah dan tidak
7 Bulan
Kadang-kadang agresif, menjambak, mencakar, dan sebagainya.
6 – 8 Bulan
Memegang, melihat, merebut benda dari bayi lain.
7 – 9 Bulan
Mengikuti suara-suara, tingkah laku yang sederhana.
9 – 13 Bulan
Meniru suara, mengeksplorasi bayi lain, menjambak, dan sebagainya. Bisa bermain dengan permainan tanpa komunikasi.
12 Bulan/ 1 Tahun
Mengenal larangan
13 – 18 Bulan
Mulai minat terhadap bayi lain
15 Bulan
Memperlihatkan minat yang tinggi terhadap orang dewasa dan selalu ingin dekat serta mutasi dengan mereka
24 Bulan
(2 tahun)
Dapat membantu melakukan aktivitas sederhana. Menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial. Di sini mereka bermain-main bersama, tetapi tidak ada interaksi – soutary a paralel play.

    2.          Periode Prasekolah
Adapun ciri sosialisasi periode prasekolah adalah sebagai berikut:
a.         Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya.
b.        Dikenal dengan istilah Pregang age. Dikatakan Pregang karena anak prasekolah berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai belajar menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan sosial.
c.         Hubungan dengan orang dewasa.
d.        Hubungan dengan teman sebaya.
e.         3-4 tahun mulai bermain bersama (cooperative play). Mereka tampak mulai ngobrol selam bermain, memilih teman untuk bermain, mengurangi tingkah laku bermusuhan.
    3.          Periode Usia Sekolah
Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Mereka membentuk kelompok (gang) sehingga periode ini disebut gang age. Peranan teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Di antara pengaruh yang ditimbulkannya pada keterampilan sosialisasi anak di antaranya:
a.              Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok;
b.             Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain di luar nilai orang tua;
c.              Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional dari rasa berkawan
Snowman dalam Patmonodewo (1995:29) mengemukakan beberapa karakteristik perilaku sosial pada anak usia prasekolah, diantaranya sebagai berikut.
1.             Pada umumnya anak pada usia ini memiliki satu atau dua sahabat. Akan tetapi, sahabat ini cepat berganti. Mereka pada umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial. Sahabat yang dipilih biasanya dari jenis kelamin yang sama, kemudian berkembang menjadi bersahabat dengan anak dengan jenis kelamin yang berbeda.
2.             Kelompok bermainnya cenderung kelompok kecil, tidak terlalu terorganisasi secara baku sehingga kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
3.             Anak yang lebih kecil sering kali mengamati anak yang lebih besar.
4.             Pola bermain anak prasekolah lebih bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan gender. Anak dari kelas menengah lebih banyak bermain asosiatif, kooperatif, dan konstruktif, sedangkan anak perempuan lebih banyak bermain soliter, konstruktif, paralel, dan dramatik. Anak laki-laki, lebih banyak bermain fungsional soliter dan asosiatif dramatis.
5.             Perselisihan sering terjadi. Akan tetapi, sebentar kemudian mereka berbaikan kembali. Anak Laki-laki banyak melakukan tindakan agresif dan menantang.
6.             Setelah   masuk TK, pada umumnya kesadaran mereka terhadap peran jenis kelamin telah berkembang. Anak Laki-laki lebih senang bermain di luar, bermain kasar dan bertingkah laku agresif, sedangkan anak perempuan lebih suka bermain yang bersifat kesenian, bermain boneka  atau menari.
Sementara itu Hurlock (1978) mengemukakan beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada awal masa kanak-kanak, yaitu sebagai berikut.
1.             Kerja sama
Anak belajar bermain atau bekerja sama hingga usia mereka empat tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melatih keterampilan ini, semakin cepat mereka belajar dan menerapkannya secara nyata dalam kehidupannya.
2.             Persaingan
Persaingan ini dapat mengakibatkan perilaku baik atau buruk pada anak. Jika anak melakukannya karena merasa terdorong untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin maka hal ini dapat berakibat baik pada prestasi dan pengolahan motivasinya, namun jika persaingan dianggap sebagai pertengkaran maka hal ini dapat mengakibatkan timbulnya sosilaisasi.
3.             Kemurahan hati
Kemurahan hati merupakan perilaku kesediaan untuk berbagi dengan anak lain. Jika hal ini meningkat maka perilaku mementingkan diri sendiri akan berkurang. Perilaku kemurahan hati sangat disukai oleh lingkungan sehingga menghasilkan penerimaan sosial yang baik.

4.             Hasrat akan Penerimaan Sosial
Jika anak memiliki hasrat yang kuat akan pernerimaan sosial, hal ini akan mendorong anak untuk melakukan penyesuaian sosial secara baik.
5.             Simpati
Seorang anak belum mampu melakukan simpati sehingga mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan duka cita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.
6.             Empati
Merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain serta menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya akan berkembang jika anak telah dapat memahami ekspresi wajah orang lain atau maksud pembicaraan orang lain.
7.             Ketergantungan
Kebutuhan anak akan bantuan, perhatian, dan dukungan orang lain membuat anak memperhatikan cara-cara berperilaku yang dapat diterima lingkungannya. Namun berbeda dengan anak yang bebas, ia cenderung mengabaikan diri.
8.             Sikap ramah
Seorang anak memperlihatkan sikap ramah dengan cara melakukan sesuatu bersama orang lain, membantu teman, dan menunjukkan kasih sayang.
9.             Meniru

Tidak ada komentar:


Followers

Follow Me on Twitter

pengunjung

free counters
 

Catatan Penaku | Copyright © 2011
Designed by Rinda's Templates | Picture by Wanpagu
Template by Blogger Platform