Sabtu, 05 Mei 2012

tangisan semalam

Masih ingat, aku menangis semalam. entah kenapa beberapa hari ini aku teringat terus pada ayah.
aku benar-benar merindukan sosoknya.. aku merindukan hadirnya. Ayah, mengapa engkau pergi terlalu cepat meninggalkanku? Aku masih membutuhkanmu, membutuhkan nasehatmu, membutuhkan semangat darimu, aku benar-benar merindukanmu ayah ;(
Bayanganmu begitu sulit untuk kuhapus dari pikiranku. AKu tahu aku salah! Menangisimu hanya akan menyiksamu di alam sana..tp itulah sebagai ungkapan pelampiasan atas kesedihanku. Entah mengapa aku begitu menikmati dalam tangisanku semalam. Tapi langsung kusadar, tak akan ada yang berubah walaupun aku menangis sekencang mungkin. Tangisanku itu tak akan mengembalikan hadirmu di sisiku. Berwudhu yang mampu membuat hatiku tenang, melupakan sejenak kesedihanku. Aku berterima kasih, Allah masih mengingatkanku untuk "TIDAK BERLEBIHAN DALAM DUKA".



4 Juli 2010, pukul 11.30.
Aku mendapat telepon dari seorang polisi di suatu daerah, mengabarkan bahwa ayahku kecelakaan. Beliau meminta ibuku untuk segera mendatangi sebuah rumah sakit. Dengan raut wajah ibuku yang begitu khawatir, aku dan adikku juga ikut khawatir. Seketika juga, ibu dan pakdeku mendatangi rumah sakit yang dimaksud.
pukul 14.00
Aku mendapat telepon dari ibu. Ibu memintaku untuk mengabari pamanku, adik ayah yang berada di luar kota untuk segera mengunjungi rumah sakit. Ibu juga mengabari bahwa ayah dalam keadaan KRITIS. Setelah aku menelpon pamanku, aku langsung menyendiri dalam kamar. Menangis sekeras-kerasnya. Adikku yang mendengar, langsung menghampiriku dan ikut menangir. Dia bertanya tentang keadaan ayah. Aku tahu, adikku juga khawatir, karena ayah adalah sosok yang berarti baginya. Aku hanya bisa berkata, "Ayah pasti akan baik-baik saja kok. Kita ikut doain ya..".
Tak lama kemudian, kakekku datang ke rumahku. Beliau juga menanyakan kabar ayahku. AKu tak berani menceritakannya. AKu hanya bilang, "Doain ayah ya, Mbah".
Pukul 15.00, aku diminta oleh ibu untuk segera berangkat menuju rumah sakit, sembari membawa uang untuk biaya pengobatan.
Ketika aku sampai di sana, aku begitu Shock melihat keadaan ayahku. Berada dalam ruangan UGD, dan ayahku sedang KOMA. Aku tak sanggup menghampirinya. Hanya menangis dalam kejauhan. Benar-benar mengerikan. Bayangan tersebut tidak pernah bisa terlepas dari pikiranku. Mengingatnya saja pasti akan membuatku meneteskan air mata. AKu benar-benar tak menyangka, bahwa tubuh yang terbaring lemah di atas kasur putih tersebut adalah ayahku. Dengan peralatan yang sebelumnya kulihat dalam televisi yang menandakan keadaan koma, aku benar-benar tak menyangka bahwa aku dapat melihatnya secara langsung, dengan ayah sebagai pemerannya.
Ayah, yang saat itu akan dibawa menuju rumah sakit yang lebih besar dan memiliki peralatan yang lebih lengkap. Karena keadaan ayah yang sudah tak bisa ditolong oleh dokter-dokter di rumah sakit itu. Melihat keadaan ibu, nenek, paman, tante dan pakde yang tidak karuan. Aku tak sanggup menyaksikannya, kuputuskan untuk menunggu di rumah saja.
Sesampainya di rumah, salah satu sahabatku mendatangiku. Aku langsung bercerita panjang lebar dan mengajak adikku untuk menjenguk ayah di esok hari. Tanpa kuduga, sekitar satu jam kemudian, ketika adzan maghrib berkumandang, pakdeku pulang dan langsung memelukku.
"Ambar, yang tabah ya.."ucap beliau.
"Pakde, ayah gak papa kan?"
"Ambar, kamu yang tabah ya.."ucap beliau mengulangnya lagi.
Pikiranku langsung melayang, membayangkan keadaan ayahku. AKu tahu maksud pakdeku itu.
"Ayah sudah pergi.."begitu pesannya.
Kata-kata itu masih terngingang jelas di pikiranku. Aku menangis sekeras-kerasnya. Aku berteriak dalam pelukan pakdeku. Aku sudah tak dapat mengendalikan otak dan hatiku. Aku hanya bisa berteriak, "Ayaaaaahhhhh....Ayaaaahhhhhhhhhh".
Tangisanku sudah tak bisa kubendung lagi. Pakdeku yang sedang menahanku, perlahan-lahan sudah tak mampu. Teriakanku yang keras membuat seluruh tetangga menghampiriku. Pakdeku melepas pelukanku, dan beberapa ibu-ibu dari tetanggaku bergantian memelukku erat. Aku benar-benar sudah tak mampu mengendalikan diriku sendiri. Hampir setengah jam aku menangis dan berteriak. AKu pun tak tahu apa yang sedang kulakukan itu. HIngga tanpa aku sadari, aku langsung pingsan dan ketika aku terbangun, aku sudah berada di dalam kamarku.
Masih teringat, aku menangis dan berteriak lagi. Sepupuku, yang dari hari sebelumnya menemaniku kini berada di sampingku, memelukku. Aku juga mendengar tangisannya sembari memberiku penguatan. "Ambar, istighfar ya.."begitu pesannya.
Tetanggaku yang sudah banyak berada di dalam kamarku ikut memelukku bergantian dan menyemangatiku. Salah satu memberikan minuman kepadaku. Seketika aku tersadar, aku telah berlebihan. Dalam tangisanku, aku hanya bisa berdoa untuk ayah. Dan kemudian, aku memanggil adikku.Adikku menghampiriku, dan langsung kupeluk dia. Aku hanya bisa menangis dalam pelukannya, dan justru adikku yang memarahiku untuk tidak terus menangis.
Pukul 20.00
mobil jenazah yang membawa tubuh ayahku datang. Ibuku langsung masuk kamar, dan diikuti para tetanggaku yang ingin menghiburnya. AKu ikut menghampirinya dan memeluknya dengan erat. Aku mengerti bagaimana perasaan ibuku. Ibu pasti orang yang paling berat ditinggalkan oleh ayah. (Rasanya beraaaaattt sekali untuk menulis curahan ini. Aku tak sanggup lagi melanjutkannya. Mungkin lain kali saja.. Air mata ini sudah tak mampu terbendung mengingat kenangan paling pahit dalam hidupku)

Tidak ada komentar:


Followers

Follow Me on Twitter

pengunjung

free counters
 

Catatan Penaku | Copyright © 2011
Designed by Rinda's Templates | Picture by Wanpagu
Template by Blogger Platform